Selama ini perpustakaan dianggap sebagai gudang ilmu pengetahuan, dan buku adalah jendela dunia. Di masa lalu kita bisa menilai kemajuan suatu peradaban berdasarkan tingkat literasi dan seberapa banyak koleksi manuskrip di perpustakaannya. Perpustakaan memegang peranan penting untuk menjadi media penutur ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi.
Islam bahkan pernah meraih masa kejayaan pada abad ke-8 berkat tingginya tingkat literasi dan kemajuan ilmu pengetahuannya. Hingga abad ke-13 bangsa Mongol menyerang Baghdad dan melakukan pembantaian besar-besaran serta membumihanguskan perpustakaan, semenjak itu peradaban Islam mulai meredup. Dari kasus tersebut kita bisa memahami betapa pentingnya peran literasi dan perpustakaan dalam memastikan kemajuan suatu peradaban.
Oleh karena itulah perpustakaan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap institusi pendidikan, termasuk sekolah-sekolah di Indonesia. Sayangnya, saya masih menjumpai perpustakaan sekolah sebagai sarana pelengkap yang asal ada. Setidaknya hal ini terjadi di sekolah negeri, entah di sekolah swasta. Atau kalaupun dikunjungi, biasanya perpustakaan sekolah hanya jadi tempat membolos siswa.
Saya tahu ada siswa yang benar-benar ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku, tapi jumlahnya tetap minoritas, kan? Apalagi di era internet yang apa-apa bisa ditanyain ke Mbah Google, urgensi baca buku tentu semakin turun. Saya sepakat kalau browsing lebih cepat memberikan jawaban daripada buku, tapi tetap ada hal-hal yang nggak bisa digantikan dari membaca buku.
Biasanya ruang perpustakaan sekolah ada di pojok atau area belakang yang jarang dilewati siswa. Bisa dibilang perpustakaan menjadi tempat yang paling jarang tersentuh di seantero sekolah. Bahkan kamar mandi masih lebih sering dikunjungi siswa daripada perpustakaan. Saking sepinya, perpustakaan sekolah hampir nggak pernah absen dari daftar tempat angker dalam kisah-kisah horor.
Rendahnya minat baca siswa nggak bisa sepenuhnya menjadi kambing hitam dalam masalah ini. Sebab, nggak semua anak tumbuh dalam keluarga yang menanamkan budaya literasi sejak dini. Bisa saja kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga nggak ada yang mengenalkan budaya membaca ini ke anak-anaknya. Dalam hal ini, saya rasa sekolah punya tugas untuk mengenalkan budaya literasi pada siswanya di samping kewajiban mengajar di dalam kelas.
Masalahnya, nggak semua sekolah mau serius mengurus perpustakaan sekolah, apalagi merasa perlu mengevaluasi jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan. Karena sebagian besar sekolah masih menganggap perpustakaan sebagai prasyarat saja. Malah terkadang perpustakaan baru diurus dan dibenahi tata letak maupun administrasinya menjelang penilaian akreditasi saja. Mendadak para siswa digiring ke perpustakaan biar suasananya kelihatan semarak di mata tim penilai. Duh, mirip setting-an reality show aja.
Parahnya lagi, di daerah pelosok dan pulau-pulau terluar negeri ini, masalah perpustakaan sekolah nggak cuma kurangnya kunjungan siswa. Ruangan untuk perpustakaan saja seringnya nggak tersedia, mengingat bangunan sekolah di daerah pelosok dan pulau terluar negeri ini masih sekadarnya. Bahkan pemakaian kelas saja masih sering bergantian. Koleksi buku untuk disusun di rak pun nggak ada. Padahal anak-anak di sana punya minat baca yang cukup tinggi, setidaknya lebih tinggi dari anak-anak sebayanya yang saya temui di Pulau Jawa. Sayangnya, anak-anak di pelosok masih kekurangan bahan bacaan dan media untuk belajar, jadi minat baca itu nggak bisa tersalurkan.
Kembali ke pusat keramaian, nggak jarang perpustakaan sekolah hanya berakhir sebagai gudang penyimpanan buku-buku paket dari pemerintah. Kalaupun ada buku jenis lain, jumlahnya sedikit. Nggak heran kalau siswa malas datang ke perpustakaan. Yang lebih parah lagi kalau perpustakaannya lebih sering dikunci—biasanya di SD—dan cuma dibuka pas mau dibersihin. Alasannya karena takut anak-anak yang masih kecil merusak koleksi buku, entah diberantakin, kena kotor, atau sobek. Alasan macam apa ini? Kalau sudah begini, bukankah sekolah yang menjauhkan anak-anak sejak kecil dari buku-buku sehingga mereka tumbuh sebagai anak yang dicap tingkat literasinya rendah?
Padahal membaca buku untuk anak-anak usia TK dan SD terbukti bisa merangsang imajinasi dan rasa ingin tahu mereka. Sekalipun yang mereka baca cuma cerita bergambar bukan ensiklopedia, setidaknya masih ada hikmah yang bisa dipetik dari suatu cerita untuk diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari mereka.
Saya yakin kalau ada petugas yang mengarahkan baik-baik cara membaca buku perpustakaan yang benar, anak-anak akan patuh, mengingat bocil paling gampang didikte. Penting juga untuk membuat dekorasi perpustakaan sekolah yang ceria dan menarik sesuai umur anak-anak. Kalau bisa jangan monoton diisi rak buku yang kesannya seram dan kuno.
Sementara itu di sekolah menengah, biasanya perpustakaan sudah terurus dengan lebih baik. Ruangannya nyaman, ber-AC, dan jarang dikunci ketimbang perpustakaan anak-anak. Koleksi bukunya juga lebih beragam. Biasanya ada satu orang petugas yang dipekerjakan khusus di perpustakaan, atau mungkin guru-guru piket secara bergantian.
Saya punya cerita membekas soal penjaga perpustakaan di sekolah saya dulu. Saat itu, penjaga perpustakaan di sekolah saya terkenal judes meskipun masih muda. Para siswa jadi malas buat berkunjung ke sana. Nah, soal keramahan petugas perpustakaan ini mungkin bisa diperhatikan oleh kepala sekolah biar nggak nakut-nakutin siswa yang mau belajar terliterasi. Lebih baik lagi kalau pustakawannya enak diajak ngobrol dan bisa ngasih rekomendasi buku yang bagus buat dibaca kalau ada siswa yang bertanya. Atau bisa juga bikin daftar book of the month yang dipajang biar para siswa bisa update buku bacaan yang sedang populer.
Lebih menarik lagi kalau perpustakaan nggak sekadar jadi tempat baca dan pinjam buku. Mungkin di luar jam belajar, sekolah bisa mengadakan forum diskusi bedah buku atau bedah film yang sedang populer dan sekiranya memuat pesan moral yang positif untuk siswa. Saya rasa kegiatan seperti ini cukup baik untuk mengasah mental kritis pada siswa biar nggak jadi mahasiswa pemalu pas kuliah.
Kalau sekolah mau serius memberikan fasilitas dan membangun iklim literasi yang nyaman bagi siswanya, saya sangat yakin perlahan tapi pasti para siswa mau menyemarakkan perpustakaan tanpa disuruh. Bukan nggak mungkin jika tingkat literasi siswa akan meningkat dan ke depannya stigma anak muda malas membaca akan musnah seiring berjalannya waktu.
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi
Ironi Perpustakaan Sekolah, (Katanya) Gudang Ilmu tapi Nyaris Tak Tersentuh
Investasi reksadana lebih baik daripada emas, apalagi bagi investor pemula.
Memasuki masa muda produktif, kita sejatinya harus memahami pentingnya berinvestasi. Inflasi terhadap harga komoditas yang tidak terkendali membuat kita tidak bisa hanya sekadar mengandalkan aktivitas menabung di bank, apalagi tabungan ayam di rumah. Uang Rp100.000 saat ini, nggak ada harga dirinya dihadapan Rumah Makan Padang Sederhana di kawasan Pandanaran Semarang.
Kondisi itu yang menjadikan investasi begitu penting untuk melindungi nilai uang atau harta kita. Berbeda dengan tabungan yang memposisikan uang hanya “tertidur” di celengan. Investasi memaksa uang-uang kita untuk bekerja. Hal itu yang membuat nilai harta seorang investor tetap bisa mengimbangi kejaran inflasi.
Investasi saat ini tidak seperti dulu. Tidak perlu repot-repot investasikan uang kita langsung ke sektor riil, tapi cukup diinvestasikan ke komoditas logam mulia seperti emas. Atau bisa juga ke instrumen investasi di pasar modal, salah satunya adalah reksadana.
Emas dan Reksadana memang mirip, meski berbeda secara wujud. Miripnya karena kedua investasi ini sama-sama berisiko rendah daripada saham, crypto, atau forex. Namun dari sisi return, hasilnya memang tidak bisa dirasakan dalam waktu dekat, tujuannya jangka panjang. Selain itu, yang lebih penting, kedua instrumen ini memang cocok untuk mereka yang ingin berinvestasi tanpa khawatir harus deg-degan melihat bar chart tiap hari.
Nah kalau begitu, pertanyaannya, manakah dari keduanya yang paling baik atau ideal bagi investor pemula, reksadana atau emas?
Apa itu investasi reksadana dan emas?
Reksadana adalah instrumen investasi berbentuk wadah yang akan dikelola oleh manajer investasi. Wadah ini nantinya berisi berbagai instrumen seperti pasar uang, obligasi atau sukuk, dan saham. Ilustrasi mudahnya, reksa dana ini ibarat kebun yang isinya banyak jenis buah-buahan, ada salak, pisang, nanas, manggis, dan lain-lain.
Kebun tersebut dikelola oleh petani yang dalam konteks ini adalah manajer investasi. Setiap setoran uang kita, akan dibelikan bibit tanaman buah dengan kualitas terbaik, sehingga tumbuh menghasilkan buah yang manis dan segar.
Sementara investasi emas, artinya kita membeli emas dengan harga saat ini, dengan harapan harganya akan lebih tinggi di masa depan. Ekspektasi ini wajar karena memang tren harga emas terus mengalami kenaikan. Inilah sebabnya emas dijuluki “safe haven” karena harganya yang bisa menandingi kenaikan inflasi.
Saat ini, untuk berinvestasi emas, umumnya dilakukan dengan skema tabungan, artinya kita setorkan uang dan uang itu nantinya dikonversikan dengan harga emas saat itu. Atau skema cicilan, yaitu dengan mencicil emas yang sebelumnya sudah dibeli oleh pihak perbankan.
Nah sekarang kita masuk ke bahasan, mana yang lebih baik, reksadana atau emas? Dari pengalaman saya yang sudah punya keduanya, saya mantap menjawab reksadana lebih baik daripada emas. Tentu saya punya alasannya.
#1 Harga reksadana yang transparan dan aktual
Harga reksadana lebih transparan dan aktual ketimbang emas. Transparan di sini maksudnya adalah kita sebagai investor tahu persis kenaikan dan penurun harganya secara jelas. Karena di dalam keranjang reksa dana kita tahu, instrumen apa saja yang diambil oleh manajer investasi.
Ada underlying asset (kinerja perusahaan atau lembaga) dari tiap instrumen yang kita modali di dalam keranjang tersebut. Berbeda dengan emas yang penentuan harganya dilakukan oleh produsen, seperti PT Antam atau PT BUS. Patokan harganya memang mengikuti kenaikan harga dunia, tapi sulit dimengerti oleh orang awam.
#2 Banyak penyelenggaranya
Reksadana memiliki banyak penyelenggara atau manajer investasi dengan berbagai macam produk atau instrumen yang bisa kita pilih. Berbeda dengan emas. Emas yang terkenal penyedianya ya hanya beberapa saja yang ditawarkan oleh lembaga seperti Pegadaian, misalnya emas dari PT Antam atau emas PT BUS. Terbatas sekali pilihannya.
#3 Punya banyak pilihan risiko
Ini yang saya rasa penting. Berinvestasi di reksadana, investor bisa menyesuaikan dengan budget dan profil risiko yang dimiliki. Ingin risiko rendah, bisa pilih reksadana pasar uang atau pendapatan tetap, ingin agak tinggi, bisa di reksadana obligasi, sementara ingin risiko tinggi, bisa di reksadana pasar saham. Diversifikasi risiko ini tidak dimiliki oleh emas yang hanya menawarkan emas itu sendiri.
#4 Reksadana lebih mudah dicairkan
Reksadana itu mudah sekali dicairkan, apalagi ketika kita menggunakan layanan aplikasi. Semua tinggal pencet sana, pencet sini saja. Sehingga lebih efisien. Hal itu tidak berlaku dengan emas, apalagi tabungan emas pegadaian yang harus ke kantornya terlebih dahulu untuk mencairkannya.
#5 Return reksadana lebih baik
Perkara return, ketika kita ingin mencairkan reksadana kita yang usianya baru beberapa bulan, hal itu masih untung, meski persentasenya hanya nol koma sekian persen. Tentu pencairan reksadana itu harus memperhatikan kondisi portofolio yang kita miliki.
Kondisi itu berbeda dengan emas. Ketika kita menabung emas yang durasinya baru beberapa bulan atau kurang dari 2 tahun, sudah pasti akan rugi. Karena “spread” harga jualnya yang selisih jauh dari harga belinya. Selain itu ketika mencairkannya dalam bentuk logam emas, kita akan dikenai biaya cetak yang nominalnya saat ini sudah ratusan ribu, sesuai dengan berat gram emas yang kita miliki.
#6 Biaya yang minimalis
Biaya reksadana itu sangat minimalis. Hanya di kisaran 0,15 persen – 0,25 persen untuk fee jual dan belinya. Itu tentu tidak terasa ketika nominal uang kita begitu besar. Pasti sudah tertutup dari capital gain (keuntungan jual) atau return tiap tahun yang rata-rata di atas 7 persen.
Berbanding terbalik dengan emas yang dipenuhi dengan biaya, mulai dari biaya admin, pengelolaan, keamanan, dan pencetakan. Kalau berat emas yang kita miliki hanya kurang dari 5 gram dan usianya kok di bawah lima tahun, biaya-biaya tersebut sangat terasa.
Itulah ulasan saya mengenai manakah yang lebih baik, reksadana atau emas? Menurut saya yang terpenting adalah, kedua instrumen ini untuk melindungi harta kita dari inflasi dan tujuannya untuk jangka panjang. Kalau mau mencari keuntungan jangka pendek dengan nominal yang besar, ya silakan trading saham, forex, atau crypto. Itu juga kalau punya nyali.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
6 Alasan Saya Lebih Memilih Investasi Reksadana daripada Emas
Olahraga merupakan aktivitas yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kebugaran. Namun, sering kali kita mengabaikan salah satu aspek penting dalam olahraga, yaitu pemanasan dan pendinginan. Melakukan pemanasan dan pendinginan yang benar dapat membantu mencegah cedera olahraga sekaligus meningkatkan performa.
Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya pemanasan dan pendinginan, serta tipsnya yang kami rangkum dari DailySports, salah satu website terupdate mengenai berbagai berita olahraga.
Pentingnya Pemanasan
Pemanasan adalah langkah awal yang penting sebelum aktivitas fisik intens, bertujuan untuk mempersiapkan tubuh dengan meningkatkan suhu tubuh, aliran darah ke otot, dan fleksibilitas. Proses ini membuat otot lebih lentur dan siap bekerja, mengurangi risiko cedera seperti strain dan kram.
Peningkatan suhu tubuh selama pemanasan membantu otot menyerap energi dengan lebih baik, sementara aliran darah yang meningkat memastikan oksigen dan nutrisi sampai ke otot, serta membuang produk sampingan metabolisme seperti asam laktat. Selain itu, pemanasan, terutama peregangan dinamis, meningkatkan fleksibilitas, mempermudah gerakan, dan mengurangi risiko cedera akibat gerakan tiba-tiba.
Jenis Pemanasan yang Tepat
Ada beberapa jenis pemanasan yang bisa Anda lakukan sebelum berolahraga. Pilihlah yang sesuai dengan jenis olahraga yang akan Anda lakukan dan kondisi fisik Anda.
1. Pemanasan Kardiovaskular
Pemanasan kardiovaskular melibatkan aktivitas yang meningkatkan detak jantung Anda secara perlahan. Contoh aktivitas ini termasuk jogging ringan, bersepeda, atau melompat tali. Latihan ini membantu mempersiapkan sistem kardiovaskular Anda untuk latihan yang lebih intens dan meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh.
2. Peregangan Dinamis
Peregangan dinamis adalah metode pemanasan yang melibatkan gerakan aktif untuk meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerak. Contohnya termasuk lunges, leg swings, atau arm circles. Berbeda dengan peregangan statis yang dilakukan dengan memegang posisi, peregangan dinamis membantu mempersiapkan otot-otot Anda untuk gerakan yang lebih kompleks selama olahraga.
3. Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas fokus pada meningkatkan rentang gerak sendi dan otot. Jenis latihan seperti rotasi sendi, hip circles, atau shoulder rolls membantu memastikan bahwa sendi dan otot Anda bergerak dengan lancar dan tidak kaku selama berolahraga.
Pentingnya Pendinginan
Pendinginan setelah aktivitas fisik membantu tubuh kembali ke kondisi normal dengan mempercepat pemulihan otot dan mengurangi risiko cedera olahraga. Proses ini mengembalikan aliran darah ke keadaan normal, menghilangkan produk sampingan metabolisme, dan mengurangi rasa nyeri serta kekakuan otot. Selain itu, pendinginan juga membantu mencegah penumpukan asam laktat, kram otot, dan ketegangan dengan menormalkan detak jantung dan tekanan darah.
Jenis Pendinginan yang Tepat
Seperti halnya pemanasan, pendinginan juga melibatkan beberapa jenis aktivitas yang dapat membantu tubuh Anda kembali ke kondisi normal setelah berolahraga.
1. Pendinginan Kardiovaskular
Pendinginan kardiovaskular melibatkan aktivitas yang menurunkan detak jantung Anda secara perlahan. Misalnya, jika Anda melakukan jogging sebagai bagian dari latihan Anda, lakukanlah jogging ringan atau berjalan selama beberapa menit setelah latihan. Ini membantu tubuh Anda bertransisi dengan lebih lembut dari kondisi latihan intens ke kondisi istirahat.
2. Peregangan Statis
Peregangan statis melibatkan pergerakan di mana Anda memegang posisi peregangan selama beberapa detik. Jenis peregangan ini membantu merilekskan otot-otot yang telah bekerja keras selama latihan dan meningkatkan fleksibilitas. Fokus pada peregangan otot-otot utama yang Anda gunakan selama latihan, seperti hamstring, quadriceps, dan otot punggung.
3. Relaksasi dan Pernafasan
Teknik relaksasi dan pernafasan seperti yoga atau meditasi dapat menjadi bagian penting dari proses pendinginan. Latihan pernafasan yang dalam dan tenang membantu menurunkan detak jantung dan mengurangi stres pada tubuh. Ini juga membantu mengembalikan kondisi tubuh Anda ke keadaan istirahat dan mengurangi ketegangan otot.
Tips untuk Pemanasan dan Pendinginan yang Efektif
Untuk memastikan bahwa pemanasan dan pendinginan Anda efektif, ada beberapa tips yang bisa Anda ikuti.
1. Lakukan Pemanasan dan Pendinginan Secara Konsisten
Pastikan untuk selalu melakukan pemanasan sebelum memulai latihan dan pendinginan setelah selesai. Jangan sekali-kali melewatkan tahap ini, meskipun Anda hanya berolahraga ringan. Konsistensi dalam melakukan pemanasan dan pendinginan dapat membantu mencegah cedera dan meningkatkan hasil latihan Anda.
2. Sesuaikan Pemanasan dan Pendinginan dengan Jenis Latihan
Sesuaikan jenis pemanasan dan pendinginan dengan jenis olahraga yang Anda lakukan. Jika Anda melakukan latihan kekuatan, fokuslah pada pemanasan dan pendinginan yang melibatkan peregangan otot-otot yang akan digunakan. Jika Anda berlari atau bersepeda, fokuslah pada pemanasan dan pendinginan kardiovaskular.
3. Perhatikan Kondisi Tubuh Anda
Selalu perhatikan kondisi tubuh Anda saat melakukan pemanasan dan pendinginan. Jika Anda merasa nyeri atau ketidaknyamanan, jangan ragu untuk menyesuaikan latihan Anda atau mencari bantuan dari profesional medis. Jangan paksa tubuh Anda untuk melakukan gerakan yang tidak nyaman atau menyakitkan.
4. Gunakan Alat Bantu yang Tepat
Menggunakan alat bantu seperti foam roller, stretching strap, atau matras yoga dapat membantu meningkatkan efektivitas pemanasan dan pendinginan Anda. Alat-alat ini dapat membantu Anda melakukan gerakan dengan lebih baik dan mengurangi ketegangan otot.
Pemanasan dan pendinginan yang benar adalah bagian penting dari setiap rutinitas olahraga. Melakukan pemanasan yang tepat membantu mempersiapkan tubuh Anda untuk aktivitas fisik yang lebih intens, sementara pendinginan membantu tubuh Anda kembali ke kondisi normal dan mempercepat pemulihan otot.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, Anda dapat menikmati manfaat olahraga tanpa harus menghadapi risiko cedera yang tidak diinginkan (***).